Karunia Untuk Menikmati

traineurope
Train di Eropa dengan pemandangannya yang indah

Ada sebuah cerita tentang seorang ibu di Eropa yang akan bepergian menuju luar kota dengan menaiki kereta api. Perjalanan menuju kota tersebut akan melintasi daerah-daerah yang pemandangannya indah, ada pegunungan, bukit, danau, hamparan padang rumput dan bunga-bunga yang berwarna warni serta berbagai keindahan alam lainnya yang sayang untuk dilewatkan.
Tapi, sejak naik kereta dan sepanjang perjalanan, ibu ini begitu sibuk dengan barang-barang bawaannya. Tas-tas yang dibawanya, dibuka kembali untuk melihat apakah isi tasnya tidak ada yang ketinggalan.  Lalu, ia mengeluarkan isi tas yang satu dan dimasukkan ke tas yang lainnya, ia mengatur ulang posisi isi tas yang dia bawa agar lebih rapi.  Selain itu, ia juga mengambil kertas dan pulpen serta mulai menulis hal-hal apa saja yang hendak ia kerjakan, apa saja yang akan ia beli, barang-barang apa yang harus ada, dan kegiatan apa saja yang harus ia lakukan di kota tujuannya.  Raut wajahnya menunjukkan ada banyak hal dalam pikirannya yang sedang berkecamuk.
Kemudian, ibu ini mendengar ada bunyi dari handphonenya, dan ia mengambil serta mulai asik dengan aplikasi chating yang ada di handphonenya itu, ngobrol dengan beberapa teman-temannya, dan membicarakan berbagai hal yang nampaknya begitu serius.  Tangannya asyik menari-nari di atas tombol-tombol yang tak kelihatan alias “touchscreen” itu.
Sebagian besar penumpang lainnya menikmati perjalanan dengan memandangi keindahan alam daerah-daerah yang dilintasi kereta, sementara ibu ini sibuk dengan berbagai hal hingga lupa untuk menikmati keindahan pemandangan alam dari jendela kereta api.
Tanpa terasa perjalanan sudah selesai, kereta tiba di kota tujuan, dan saat itulah ibu ini tersadar, “sudah sampai?”, katanya.  “Padahal saya belum melihat-lihat pemandangan di perjalanan tadi.” “Kok cepat sekali ya?” Dan ia pun menyesali sikapnya sepanjang perjalanan yang sibuk dengan berbagai urusan dan kerepotan.
Saudara yang dikasihi Tuhan, kisah ibu ini adalah gambaran sikap kita pada umumnya dalam perjalanan kehidupan.  Banyak orang yang terlalu sibuk dengan berbagai hal, tidak ada keseimbangan antara satu hal dengan hal lainnya dalam hidupnya, sehingga lupa untuk menikmati indahnya kehidupan yang Tuhan anugerahkan.
Seorang petinggi perusahaan otomotif di Indonesia, yang telah bekerja puluhan tahun untuk perusahaannya, berkata bahwa setelah ia berhenti dari pekerjaannya, ia baru menyadari bahwa ia telah melewatkan banyak hal dalam hidup rumah tangganya, dan dalam berbagai bidang lainnya.  Ia terlalu sibuk dan fokus dengan karirnya sehingga ia lupa melihat perkembangan anak-anaknya dari kecil hingga bertumbuh besar.  Masa-masa pertumbuhan anaknya ia lewatkan, dan ketika ia sadar, anak-anaknya sudah besar.
Banyak pula orang yang terlalu sibuk memikirkan masalah kehidupannya, kesusahannya, dan berbagai macam hal lainnya sehingga lupa bahwa begitu banyak hal yang dapat ia nikmati dalam kehidupan yang Tuhan anugerahkan.
Kitab Pengkotbah 6:2 berbicara, “orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.”
Nats dalam kitab Pengkhotbah pasal 6 memberikan suatu kesadaran bahwa ada suatu tingkatan dalam hidup yang lebih tinggi daripada memiliki, yaitu menikmati.  Berbahagialah saudara bila diberi karunia memiliki sekaligus menikmati.  Akan tetapi, bila hanya diberi karunia menikmati maka nikmatilah berbagai hal yang Tuhan anugerahkan dalam hidup ini.  Inti dari nats Pengkhotbah pasal 6 adalah karunia menikmati.
Di setiap tahun kita merayakan hari ulang tahun kita. Tanyakanlah pada diri kita sendiri, “Satu tahun sudah terlewati dan diambil dari kehidupanmu, berapa sisa tahun lagi yang engkau punya?, sudahkah engkau bersyukur dan menikmati hidupmu?”
Apakah kita termasuk orang-orang yang memiliki karunia menikmati atau tidak?  Sayang sekali bila tidak.  Ini tergantung pada sikap hati kita meresponi kehidupan yang ada.  Bila hati kita senantiasa bersyukur maka kita dapat menikmati hidup ini dengan penuh sukacita dalam Tuhan. Marilah lihatlah keindahan yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati!
 

One Reply to “Karunia Untuk Menikmati”

Leave a Reply