I Believe

Sebuah tulisan terpatri di dinding bawah tanah di kota Cologne, Jerman, setelah Perang Dunia II:
I BELIEVE….
I believe in the sun,
even when it is not shining;
I believe in love,
even when I feel it not;
I believe in God,
even when He is silent.
Penulisnya tidak diketahui, namun salah satu pesan utama dari tulisan tersebut ada pada bagian akhir yaitu tentang iman kepada Tuhan meskipun nampaknya Tuhan berdiam diri.
Berapa sering kita mengalami saat-saat dimana kita merasa bahwa Tuhan tidak menjawab doa kita dan seakan Dia diam saja?
Akankah kita tetap mempercayai Tuhan di saat semacam itu?
Perasaan ditinggalkan, sendirian, tak ada jalan keluar, atau kekecewaan, bukanlah berarti bahwa Tuhan membiarkan kita.
Justru di saat-saat yang demikian, iman kita sedang diuji apakah tetap ada atau memudar?
Pemazmur menulis dalam Mazmur 31:14 ‘Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: “Engkaulah Allahku!”‘
Bukan sekali dua kali, pemazmur mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya, namun ia tetap mempercayai Allah.
Percayalah selalu kepada Allah di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Iman sejati tak akan lapuk oleh “panas hujan” situasi kehidupan kita, dan tak akan lekang oleh waktu.

300: The Special Number in the Bible

image
Sudah ada 2 buah film produksi Hollywood yang judulnya memuat angka 300. Kedua film tersebut bertema peperangan dimana salah satu pasukan hanya berjumlah 300 orang menghadapi ribuan bahkan puluhan ribu lawan.
Mungkin film itu terinspirasi dari Alkitab sebab dalam Alkitab terdapat kisah perang antara 300 orang dari bangsa Israel melawan 135 ribu pasukan bangsa Midian.
(Hakim-Hakim 7 dan 8:10).
Saat itu bangsa Israel dijajah oleh bangsa Midian sehingga segala hasil panen mereka harus diserahkan sebagai upeti.  Kehidupan dalam tekanan tersebut membuat banyak penderitaan terjadi dan muncul suatu harapan agar mereka dapat hidup merdeka dari penjajahan Midian.
Tuhan memilih Gideon bin Yoas untuk membebaskan bangsa Israel dari Midian.  Dan pada awalnya ada 32ribu pasukan Israel yang akan pergi berperang.  Namun, setelah diseleksi, akhirnya hanya tersisa 300 orang saja.  Dan ketika hanya tinggal 300 orang, Tuhan berfirman: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu.” (Hakim-Hakim 7:7).
Pada akhirnya, Gideon dan 300 orang pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Midian. Makna dari kisah kemenangan Gideon dan pasukannya adalah:
1. Tuhanlah yang memberikan kemenangan.
300 orang mustahil secara akal logika untuk mengalahkan 135 ribu orang. Disini jelas bahwa Tuhanlah yang berperang di depan mereka, dari Tuhanlah datang kemenangan. Kehadiran Tuhan bersama Gideon menjamin kemenangan itu.  Tanpa kehadiran Tuhan maka sia-sialah upaya mereka meskipun dengan ratusan ribu orang sekalipun. Namun bila Tuhan beserta, jumlah yang kecil dapat dipakai Tuhan untuk meraih kemenangan.  “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan oleh Roh Tuhan.
Dalam kehidupan kita pun demikian, meskipun nampaknya kecil, kelihatannya tidak mampu, namun kita bisa melakukan segala perkara oleh karena Tuhan yang memampukan kita.  Manusia boleh saja melecehkan, menghina dan merendahkan tapi kita tidak usah takut dan gentar karena Tuhan beserta dengan kita.
2. Orang yang berhati baja, beriman dan rela berkorban yang meraih kemenangan bersama Tuhan.
Dari 32 ribu pasukan Israel, setelah melalui tahapan seleksi, ternyata hanya 300 orang yang maju berperang.  Mengapa mereka yang dipilih? Karena mereka tidak gentar menghadapi musuh, mereka percaya akan penyertaan Tuhan dan mereka tidak takut mati melainkan rela berkorban bagi Allah dan bangsanya.
Jelas dalam pasal 7 disebutkan dan tersirat bahwa mereka yang takut dan gentar tidak layak untuk maju dalam peperangan, sebab mereka sudah kalah sebelum berperang. Juga bagi mereka yang tidak percaya akan kebesaran dan penyertaan Allah, tidak layak maju sebab mereka tidak memiliki iman yang kokoh dalam Tuhan. Perang menuntut suatu sikap rela mati berkorban sehingga hanya mereka yang punya sikap inilah yang layak maju sebab mereka akan fokus pada penyelesaian tugas dan tujuan dari Tuhan.
Dalam hidup ini, kita pun mengalami masalah, persoalan, ujian dan tantangan yang bagaikan “medan peperangan”.  Menghadapi itu semua janganlah kita takut dan gentar tapi percayalah kepada Tuhan dan selalu rela berkorban bagi Tuhan serta tidak takut menghadapi resiko meskipun kematian jasmani, oleh karena melakukan kebenaran.  Takut berbuat yang benar karena ancaman tidak naik pangkat, tidak dapat jodoh, tidak jadi kaya, atau ancaman lainnya, tandanya kita tidak layak sebagai prajurit Tuhan. Laskar Allah yang militan harus rela mati menjunjung kebenaran dan keadilan dan fokus kepada penyelesaian tugas dan tanggung jawab sorgawi. “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21).
Dalam pelayanan pun sama, tantangan bukannya sedikit, pergumulan silih berganti, tapi jangan takut dan gentar, percayalah pada Tuhan dan setialah melakukan tugas panggilan Tuhan.
3. Tuhan memakai yang kecil agar tidak muncul kesombongan pada manusia.
Hanya 300 orang saja merupakan jumlah yang sangat kecil untuk menghadapi lawan apalagi meraih kemenangan.  Kok bisa menang? Padahal jumlahnya sedikit? Ini pasti bukan karena manusianya tetapi karena Tuhan.
Saat mereka memperoleh kemenangan, mereka tidak dapat beralasan bahwa kemenangan itu karena mereka kuat dan perkasa, sebab hal itu tidak mungkin, apalagi jelas-jelas musuh lari kocar-kacir karena bala tentara Allah yang menghalau mereka sehingga musuh saling membunuh satu sama lain.
Kita tidak boleh sombong kalau mencapai suatu keberhasilan, karena sesungguhnya itu semua karena kuasa dan kemurahan Tuhan saja.  Firman Tuhan berkata: “Kalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang membangunnya.  Kalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” (Mazmur 127:1).
Semua kerja dan karya kita bisa berhasil karena anugerah dan pertolongan Tuhan.  Kepintaran dan pengetahuan kita disebabkan oleh Tuhan.  Kita pintar bukan karena kita pintar tapi karena Tuhan yang menganugerahkan kepintaran itu.
Jangan sombong namun milikilah kerendahan hati, agar Tuhan semakin melimpahkan kebaikanNya dalam hidup kita.
Firman Tuhan berkata: “Orang yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan.”
Jadilah prajurit Tuhan, pelayan Tuhan, anak-anak Tuhan yang selalu beriman kokoh dalam Tuhan,  tidak takut dan gentar menghadapi situasi apapun serta rela berkorban untuk kebenaran.
Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.