Mengutamakan Kekekalan Daripada Kenikmatan Sesaat

ImageOleh: Pdt. Billy Tambahani, MA
Nats Alkitab: Kejadian 25:29-34
“Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: “Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.” Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: “Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.” Sahut Esau: “Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?” Kata Yakub: “Bersumpahlah dahulu kepadaku.” Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.”
Ayat-ayat di atas merupakan sepenggal kisah hidup dua orang saudara kembar bernama Esau dan Yakub.  Esau keluar lebih dulu dari kandungan ibunya, dan dia menjadi kakak.  Yakub tentulah si bungsu karena keluar sesudah Esau.  Namun mereka memiliki perbedaan dari segi fisik, jiwa dan rohaninya.  Esau badannya berbulu (penuh rambut), sementara Yakub tidak.  Esau suka berburu, sedangkan Yakub suka di kemah (anak rumahan).  Esau disayang papanya (Ishak), sedangkan Yakub disayang ibunya (Ribka).
Kedua orang ini dan sifat mereka mewakili 2 golongan manusia dengan sifatnya.  Yang pertama adalah golongan yang suka terburu-buru mengambil keputusan, dan golongan kedua adalah yang sabar dan mau menunggu.  Kisah mereka banyak dijumpai ciri dan kesamaannya di masa sekarang dan perlu kita berhati-hati dalam melangkah supaya kita tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama seperti yang Esau lakukan.
Apa yang kita bisa pelajari dari Nats Alkitab tersebut adalah:
1.  Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan
Seringkali kita salah memutuskan sesuatu karena pertimbangan hawa nafsu.  Penyesalan terjadi kemudian karena ternyata apa yang kita pilih dan putuskan membawa kerugian, kemalangan atau kesukaran.  Esau adalah tipe orang yang memutuskan sesuatu dengan tergesa-gesa dan mementingkan keinginan daging saja.  Ketika kita diperhadapkan pada situasi dimana kita harus memilih, hendaknya kita berserah kepada pimpinan Roh Kudus.  Mintalah hikmat dari Allah agar kita tahu apa yang harus kita lakukan. Tuhan pasti menjawab setiap pertanyaan kita dan seringkali jawaban itu Tuhan taruhkan dalam hati kita.  Saya menyebutnya sebagai sebuah “kesan dalam hati” atau “impresi” atau “suara hati”, dan suara hati itu harusnya kita dengarkan.  Tentu saja kita harus dapat membedakan mana suara hati yang benar-benar dari Tuhan, dan mana yang hanya merupakan pikiran sendiri.  Untuk sampai pada tahap itu, kita harus melatih kepekaan dan belajar taat kepada “suara hati yang dari Tuhan”.  Terkadang Tuhan menutup jalan kita, dan di saat seperti itu, kita tidak boleh terburu-buru mengambil keputusan untuk berjalan. Waktu seperti itu sebaiknya kita berdiam diri menantikan Tuhan bekerja dan membuka jalan bagi kita. Waktu Tuhan adalah yang terbaik dan tidak pernah terlambat.
2. Jangan menggadaikan masa depan dan harga diri hanya untuk kenikmatan sesaat
Esau menjual hak kesulungannya hanya untuk sepiring kacang merah.  Sungguh suatu harga yang sangat murah untuk sebuah hak kesulungan yang identik dengan berkat dan janji perlindungan di masa depan.  Esau tidak menghargai dirinya sendiri, ia bukan saja memandang rendah hak kesulungannya, namun ia juga sekaligus merendahkan harga dirinya, merendahkan statusnya dan meremehkan anugerah Tuhan yang khusus bagi dirinya.
Dalam hidup ini, banyak situasi yang membuat kita seperti dalam tawar menawar “harga diri” dan “masa depan”.  Seorang marketing properti “menjual dirinya” kepada calon konsumen hanya agar properti yang ditawarkannya jadi dibeli oleh calon konsumen itu.  Harga dirinya begitu rendah dan ia tidak menghargai anugerah Tuhan bagi tubuhnya.  Tubuh ini mulia dan segambar dengan Allah, janganlah dirusakkan dengan perkara najis dan tidak berkenan.
Banyak orang terjerumus ikatan obat-obatan dan narkoba, bukankah itu seperti menggadaikan masa depan dan harga diri hanya untuk kenikmatan sesaat?  Berapa lama sih rasa senang dari narkoba?  Berapa lama rasa senang dari berbuat dosa?  Hanya sebentar, namun masa depan justru hancur berantakan.  Tapi jika kita mau berbalik dari dosa dan datang kepada Tuhan, Tuhan tidak akan menolak kita, namun Ia akan bersukacita karena “anak yang hilang telah kembali” dan “anak yang mati telah hidup kembali”. Sukacita besar terjadi di sorga, ketika satu orang bertobat kepada Tuhan Yesus.
3.  Jangan gadaikan iman hanya karena berkat duniawi yang sementara.
Esau tidak mau tahu soal hak kesulungan dan dia tidak menghargai berkat kesulungan itu.  Hak kesulungan berbicara berkat dan perlindungan yang jangka panjang.  Esau hanya mau berkat sesaat tanpa memikirkan yang jangka panjang.
Saudara yang terkasih, bukankah banyak orang yang juga lupa bahwa mereka telah menerima “hak kesulungan” sebagai ahli waris kerajaan sorga?  Kita semua yang percaya kepada Tuhan Yesus, telah menerima janji kehidupan kekal di sorga.  Ini adalah berkat yang luar biasa besar dan indah bagi manusia.
Namun, banyak orang yang menjual imannya dan meninggalkan Tuhan Yesus hanya karena “soal makanan dan penghidupan”.  Karena jodoh, jabatan, pangkat, ada orang-orang yang meninggalkan Tuhan Yesus.  Padahal berapa lama semua yang mereka peroleh di dunia itu dapat bertahan?  Hanya sebentar dan kemudian sirna seperti uap, sedangkan jaminan hidup kekal itu tidak akan berakhir, namun bagi mereka yang telah melepaskan imannya, kekekalan itu sirna begitu saja.
Jadilah pribadi yang selalu rindu akan berkat sejati dari Allah.  Biarlah kita selalu rindu akan kekekalan, yang jangka panjang, bukan orientasi hanya pada masa kini.  Pandangan kita pada berkat sorgawi, bukan semata pada berkat duniawi.  Rasul Paulus berkata bahwa aku memandang kepada yang tidak kelihatan karena yang tidak kelihatan itu kekal, sedangkan yang kelihatan itu hanya sementara.  Fokus pandangan hidup kita kemana? kepada yang kelihatan atau yang tak kelihatan? kepada berkat materi semata-mata, kesuksesan dan keberhasilan duniawikah? atau kita fokus kepada kekekalan?
Tuhan Yesus berkata: “Carilah dahulu kerajaan Allah, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)
Haleluya, Tuhan Yesus memberkati saudara semua yang percaya dan hidup dalam firman-Nya, amin.