Balada Seorang Pelaut

Ada sebuah lagu berjudul “Balada Pelaut”, sebuah lagu dari Indonesia Timur, yang liriknya seperti ini:
Siapa bilang pelaut mata keranjang
Kapal bastom lepas tali lepas cinta
Siapa bilang pelaut pamba tunangan
Jangan parcaya mulu rica rica
So balayar sampai so ka ujung dunia
Banyak doi baroyal habis parcuma
Dorang bilang pelaut obral cinta
Dompet so kosong baru inga rumah
Mana jo ngana pe sumpah
Mana jo ngana pe cinta
So samua kita pe punya
ngana so minta
Kita bale ngana so laeng
Kita bale ngana so kaweng
Cikar kanan vaya kondius
cari laeng
Lagu ini intinya menceritakan sikap seorang pelaut terhadap kekasihnya yang menanti di daratan.  Ketika sang suami pergi melaut maka sikap dan komitmennya pun berubah.  Beberapa hal yang dikeluhkan sang kekasih adalah sifat dan sikapnya sebagai berikut:
1. Mata keranjang / suka lihat-lihat wanita lain
2. Tidak punya komitmen teguh dalam cinta/pernikahan
3. Playboy / gonta-ganti pasangan
4. Hidupnya foya-foya dan pesta pora
5. Boros/menghambur-hamburkan uang
6. Baru ingat rumah, baru ingat anak dan istri setelah uang sudah habis
Namun demikian, bila dari sudut pandang pelaut yang setia, maka lagu ini justru dapat bermakna bahwa kekasih/istrinya yang di darat yang tidak setia menanti.
Dalam lagu ini, sang pelaut seolah sedang berkata bahwa semua gosip tentang kejelekan pelaut jangan dipercayai karena sang pelaut justru setia dan menantikan waktu pulang ke daratan bertemu istri dan anak.  Namun sayang beribu sayang, ketika pulang, yang didapatinya adalah sang kekasih sudah menikah dengan orang lain. Makanya lagu ini disebut “Balada Pelaut”, karena balada berkaitan dengan kesedihan.  Artinya, sedih menjadi pelaut, sudah berkorban waktu dan tenaga serta cinta, tapi ternyata dikhianati.
Dalam bidang pelayaran, kita mengenal ada kapal pesiar, kapal barang, kapal ikan, dan lain-lain. Salah seorang saudara saya bekerja di sebuah kapal dan bisa beberapa bulan lamanya berada di laut baru kemudian turun ke daratan.  Seorang pelaut yang bekerja di sebuah kapal barang menceritakan besarnya tantangan yang dihadapi dalam pekerjaan ini, terutama karena tidak adanya persekutuan dengan saudara seiman, dan ketiadaan bimbingan rohani serta ibadah-ibadah selama berada di kapal.
Dapat dibayangkan dengan durasi berada di laut selama kurang lebih 3 bulan tanpa ibadah dan persekutuan rohani, akan menyebabkan kekeringan rohani yang rentan terhadap godaan hawa nafsu dunia dan kedagingan.
Dalam 1 Petrus 2:11 tertulis pesan demikian: “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari  keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.”
Keinginan daging yang disebutkan dalam ayat tersebut dalam bahasa Inggris King James Bible, ditulis “lust” yang erat hubungannya dengan hawa nafsu seksual.  Seorang perantau rentan dengan godaan hawa nafsu seksual, bila ia tidak menjaga hati dan pikirannya kudus.
Bila melihat kota/negara tujuan wisata, seperti Bangkok, Belanda, Jepang, Las Vegas, dan berbagai kota lainnya, banyak tempat-tempat yang menyediakan seks bagi wisatawan dan inilah yang diperingatkan oleh firman Tuhan kepada semua perantau agar menjauhkan diri dari dosa-dosa seksual.  Tuhan memberikan suatu hajaran yang keras bagi dosa ini,dengan berbagai penyakit yang parah bahkan belum ada obatnya. Ingatlah bahwa bukan hanya dosa  yang sedang mengintip, namun penyakit-penyakit yang membinasakan juga sedang mengintip dan siap menerkam anda bila masuk area dosa ini.
Pelaut termasuk kategori perantau dan pendatang, karena seringkali kapal berlabuh di berbagai kota lain bahkan kota-kota di luar negeri.
Maka pelaut pun haruslah menjauhkan dirinya dari perbuatan dosa.
Walaupun jauh dari sanak saudara dan orang yang dicintai, namun mata Tuhan melihat apa yang diperbuat.
Maka bagi pelaut yang mengalami tantangan dalam pekerjaannya di laut, hal-hal berikut ini baik untuk dilakukan di atas kapal:
1. Berdoalah secara rutin setiap hari
2. Bacalah Alkitab dengan penuh kerinduan
3. Bacalah renungan-renungan firman Tuhan, karena itu bawalah beberapa buku rohani untuk bekal santapan rohani di kapal
4. Buatlah ibadah singkat dan ajaklah beberapa orang yang seiman di kapal untuk mengikuti ibadah singkat itu
5. Berinisiatiflah untuk menjadi pelopor dalam hidup benar dan beriman
6. Bila ada koneksi internet, buatlah blog atau jurnal perjalanan anda dan hubungkan dengan firman Tuhan yang saudara renungkan hari itu. Ini perlu untuk menguatkan diri sendiri dan orang lain.
7. Lakukan pekerjaan dengan baik agar menjadi teladan bagi yang lain.
8. Jadilah “trendsetter” bukan “trendfollower, jadilah pemberi pengaruh secara rohani, bukan yang dipengaruhi situasi.
Selamat bekerja sebagai pelaut, selamat senantiasa dalam perjalanan pelayaran, Tuhan Yesus memberkati.