Berpuasa Yang Sejati

Menjelang bulan puasa setiap tahun di Indonesia terjadi suatu fenomena yang aneh.  Aneh karena seharusnya puasa berkorelasi dengan berkurangnya konsumsi makanan.  Tapi apa yang terjadi dalam kenyataan menunjukkan keterbalikan dari hal yang seharusnya.  Di bulan puasa justru tingkat konsumsi lebih tinggi dari bulan lainnya.  Hal ini ditunjukkan dengan melambungnya harga kebutuhan pokok seperti beras, daging, minyak goreng dan lain sebagainya.  Mekanisme pasar terkait erat dengan hubungan antara permintaan dan penawaran, kebutuhan dan ketersediaan.  Semakin banyak orang yang mencari suatu barang maka barang itu akan menjadi semakin naik harganya. Demikian pula sebaliknya, semakin sedikit yang mencari barang itu maka harganya akan cenderung turun.  Ketersediaan barang juga sangat mempengaruhi harga dan erat kaitannya dengan permintaan.
Di bulan puasa, seharusnya kita menikmati harga bahan pokok yang murah karena turun harga yang disebabkan turunnya permintaan. Atau minimal harganya tetap sama seperti bulan yang lain. 
Fenomena ini menunjukkan bahwa bulan puasa adalah bulan paling konsumtif dibandingkan bulan lainnya.  Suatu kontradiksi yang begitu luar biasa dengan makna dan esensi dari puasa. 
Alkitab mengajarkan tentang puasa sebagai suatu komitmen untuk menahan dari dari segala hawa nafsu dan mendekatkan diri kepada Tuhan lewat doa-doa permohonan dan penyembahan.
Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, juga bukan sekedar tidak marah.  Tapi lebih daripada itu, puasa merupakan momen yang harus diisi dengan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan.  Apa saja hal-hal yang harus dilakukan pada saat seseorang berpuasa? Mari kita baca dalam kitab Yesaya 58:6-7 yang tertulis demikian:
Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,  supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
Dalam ayat selanjutnya (8-12) tertulis demikian:
Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.
Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,
apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.
TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.
Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan “yang memperbaiki tembok yang tembus”, “yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni”.
Mari renungkan Firman-Nya, sadarilah dan kita melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi kita. Haleluya. Tuhan Yesus memberkati.

Leave a Reply