Kesalahan Pemikiran Tiga Sahabat Ayub

Ketika Ayub sedang mengalami penderitaan yang diijinkan oleh Allah, ada tiga sahabat Ayub yang datang membesuk, menemani dan menasehati Ayub.
Nasehat-nasehat mereka nampaknya baik sekali, namun ternyata Tuhan menegur mereka dan bahkan menghukum mereka karena tidak berkata yang benar tentang Tuhan.
Bagaimana nasehat dan konsep pemikiran tiga sahabat Ayub? Hal ini perlu kita ketahui agar kita tidak menjadi sama dalam pemikiran mereka ketika memandang kepada suatu keadaan yang dialami seseorang.
Pemikiran mereka menjadi gambaran umum pemikiran sebagian orang-orang Kristen sekarang ini. Suatu pemikiran yang salah tentang Allah dan tindakan-Nya. Mereka berpikir dan mengajarkan tentang prinsip balas jasa dalam hal kemakmuran dan penderitaan, bahwa yang benar akan senantiasa diberkati dan yang fasik senantiasa akan mengalami kemalangan.
Inilah suatu konsep pemikiran yang salah yang banyak terdapat sekarang ini.  Murid-murid Tuhan Yesus pun sempat mempunyai konsep semacam ini, ketika ada orang buta yang menemui Tuhan Yesus, para murid bertanya: “siapakah yang berdosa, apakah orangtuanya atau dirinya sendiri?” Tapi Tuhan Yesus menjawab dengan pernyataan bahwa bukan orang tuanya dan bukan dirinya maka ia buta melainkan supaya kemuliaan Allah dinyatakan.  Inilah kunci rahasia setiap keadaan manusia yaitu bahwa di dalamnya ada kemuliaan Allah yang harus dinyatakan.
Masih banyak yang mencibir dan melecehkan seseorang yang menderita dengan memberikan penghakiman yang menuruti konsep berpikir seperti ini.  Apakah kalau ada seseorang yang menderita maka itu pasti disebabkan oleh dosa? Belum tentu. Dan apakah bila ada seseorang yang kaya raya maka itu pasti disebabkan oleh kesalehan hidupnya? Belum tentu.
Kita tidak boleh memberikan penilaian dan penghakiman menurut pemikiran kita sendiri. Setiap keadaan manusia ada dalam kedaulatan Tuhan.
Mari ubahlah cara berpikir kita bila saat ini masih sama dengan cara berpikir tiga sahabat Ayub.  Kaya atau miskin janganlah dinilai dengan penghakiman manusia, tetapi haruslah dipandang dari sudut pandang Allah.  Lagipula, kita mengikut Tuhan bukan dengan tujuan untuk menjadi kaya.  Bila itu yang jadi tujuan kita maka level iman kita sangatlah rendah. Mengikut Tuhan Yesus haruslah dengan hati yang tulus dan kerelaan berkorban.  Tuhan akan menolong kita semua untuk membaharui cara berpikir kita agar sesuai dengan kebenaran-Nya. Amin.
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” (Ayub 42:2)

2 Replies to “Kesalahan Pemikiran Tiga Sahabat Ayub”

Leave a Reply