Apakah Tuhan Tidak Adil?

      Dalam Ayub 40:8 tertulis demikian: “Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?”

Ayat ini merupakan jawaban Tuhan kepada Ayub atas berbagai keluh kesah Ayub setelah dia mengalami berbagai macam penderitaan yang bertubi-tubi.  Dalam beberapa pasal dalam kitab Ayub kita dapat mengerti betapa beratnya pergumulan Ayub, semua anak-anaknya meninggal, harta bendanya ludes dirampok dan segala kekayaannya sirna. Bahkan, di tengah pergumulannya istrinya menganjurkannya untuk mengutuki Allah dan mati saja. Tambahan lagi, Ayub mengalami penyakit barah dari kepala sampai kakinya, sampai ia menggaruk-garuknya dengan beling.

Dalam masa-masa sulit, dimana Ayub bergumul dengan pikirannya, dengan imannya, dia kedatangan sahabat-sahabatnya yang menemaninya.  Memang awalnya pasti Ayub merasa senang ada sahabat-sahabat yang menemaninya, selama berhari-hari duduk di atas debu dan tidak berbicara sepatah katapun.  Tapi kemudian, sahabat-sahabatnya justru mempersalahkan Ayub.  Mereka berkata bahwa semua musibah itu terjadi disebabkan oleh kesalahan dan pelanggaran Ayub. 

Situasi yang sulit ditambah tuduhan-tuduhan dari sahabat-sahabatnya, membuat Ayub membela dirinya, dan dalam pembelaannya itulah ada keluh kesah Ayub yang seolah mempertanyakan keadilan Allah.  Ayub merasa bahwa Allah tidak membela orang benar. Malahan orang benar ditinggalkan.  

Perhatikan saudara yang terkasih, apa yang menjadi keluh kesah Ayub di saat menderita, mungkin seringkali juga terjadi dan keluar dari mulut kita di saat kita mengalami kesusahan. Tapi, pesan yang bisa kita ambil dari kisah Ayub dan ayat diatas adalah bahwa kita harus berhati-hati dalam perkataan kita.
Sebab setiap perkataan kita didengar oleh Allah. Dan setiap perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan sifat Allah, tidak berkenan kepada Allah.

Apakah Allah tidak adil?  Dia adil dalam segala perbuatan-Nya. Tidak ada yang tidak adil yang Dia lakukan terhadap kita, meskipun seolah nampak ada yang terjadi dalam hidupmu tidak adil. 

Yusuf tetap setia meskipun mengalami berbagai kesusahan dan penderitaan, fitnah dan penjara.  Dia setia dan pada akhirnya terbukti betapa indahnya rancangan Allah lewat itu semua.  Yusuf menjadi wakil Firaun di Mesir.

Ayub, meskipun berkeluh kesah dan ada kata-katanya yang salah, namun Tuhan tidak marah kepadanya, karena Ayub tetap setia kepada imannya pada Allah.  Allah mengampuni Ayub, dan ketika Ayub berdoa bagi sahata-sahabatnya, keadaan Ayub dipulihkan, dan Ayub pun melihat betapa Allah itu baik dan adil serta benar dalam segala perbuatan-Nya.

Sehingga Ayub berkata:  “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” (Ayub 42:5) 

Leave a Reply